Menu Vegetarian, Adakah Celah Keharamannya?

Cr: RRI

Sobat Halalin, apakah kamu termasuk seseorang yang suka mengonsumsi menu vegetarian? Atau mungkin kamu adalah veganisme? Ya, kini veganisme memang sudah menjadi gaya hidup. Para kalangan veganisme menyantap makanan yang berbahan dasar sayuran atau nabati. Menu vegan biasanya memiliki aroma, tekstur dan rasa yang mendekati daging sesungguhnya, menu ini biasa disebut vegan meat.

Menu vegan dianggap menjadi solusi untuk mengurangi risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh menu hewani, seperti obesitas, kolesterol, atau darah tinggi. Selain itu, umumnya menu vegan atau restoran vegetarian menjadi alternatif para muslim yang tinggal di negara mayoritas non-muslim. Tentu saja dengan alasan bahwa restoran tersebut tidak menyajikan menu yang berbahan dasar daging, sehingga terkesan lebih aman kehalalannya. Namun, apakah benar menu vegetarian sudah terjamin kehalalannya?

Ternyata Sebagian vegetarian masih memperbolehkan penggunaan bumbu perasa daging, kaldu daging, gelatin, serta produk olahan susu dalam menu makanan dan minumannya. Jika ditelusuri lebih lanjut, bahan-bahan tersebut ternyata memiliki kritis keharaman yang cukup tinggi loh! Hal ini perlu menjadi perhatian para muslim. Lalu apa saja titik kritis halal vegetarian?

Cr: meidum.com

Penggunaan Flavour

Menurut Pelayanan Audit Halal LPPOM MUI, Dr. Ir. Muslich, M.Si., satu jenis flavour bisa terdiri dari 70 bahan. Tentu hal ini tidak dapat dilihat secara kasat mata, sehingga perlu pengetahuan tentang proses dan materialnya melalui pengujian laboratorium. Dari temuan yang pernah didapatkan di sebuah perusahaan makanan vegetarian dari Taiwan, Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia Lukmanul Hakim mengatakan bahwa flavor yang digunakannya ternyata menggunakan bahan-bahan turunan hewani. Bahan tersebut memang tidak langsung dari hewan, tetapi menggunakan produk-produk mikrobial yang medianya dari bahan hewani.

Penggunaan Kaldu

Umumnya kaldu dibuat dengan cara merebus daging atau tulang hewan, bisa berasal dari sapi, ayam, ikan, atau babi. Karena itu, sumber kaldu harus dipastikan dari hewan halal yang disembelih sesuai syariah.

Gelatin

Bahan ini merupakan senyawa turunan protein yang diperoleh dengan cara mengekstrak kolagen hewan. Sayangnya, sampai saat ini, belum ada produsen yang memproduksi kolagen secara komersial di Indonesia.

Dilansir dari halalmui, Dr. Mala Nurimala, S.Pi., M.Si., Dosen Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikan dan Ilmu Kelautan, IPB University sekaligus peneliti di Halal Science Center IPB menyatakan bahwa hampir 60% penggunaan kolagen dan gelatin di dunia berasal dari babi.

Cr: kompas.com

Produk olahan susu

Misalnya adalah keju. Umumnya keju berasal dari susu sapi domba, kambing atau unta. Dalam pembuatannya dibutuhkan mikroorganisme (seperti: enzim rennet, pepsin, renin, renilasi) dalam proses penggumpalan susu. Ir. Muti Arintawati, M.Si, Direktur Audit Halal LPPOM MUI, mengayakan Jika berasal dari proses mikrobial, maka harus dipastikan media yang dipakai untuk pertumbuhan mikrobanya tidak mengandung bahan yang diharamkan. Sementara jika berasal dari lambung anak sapi, cara penyembelihan menjadi penentu kehalalannya.

Penggunaan minuman keras atau rum

Mayoritas vegetarian tidak melarang minuman keras atau sejenisnya dalam penggunaan bahan tambahan masakannya. Penggunaan minuman keras ini juga menimbulkan persoalan tersendiri untuk kehalalan

Menu vegetarian memang menjadi salah satu alternatif yang paling mudah untuk mencari makanan di negara mayoritas non-muslim, meski begitu kita harus tetap bersikap kritis. Sebaiknya sebelum membeli suatu makanan di sebuah restoran, alangkah baiknya kita mencari informasi apakah makanan tersebut berpeluang menggunakan bahan-bahan yang haram dan najis atau tidak. Pastikan kamu sudah mendownload aplikasi halalin di smartphone mu ya, Sobat Halalin. Melalui aplikasi halalin, kamu akan mendapatkan berbagai informasi halal dengan mudah dan cepat.

Download sekarang yuk!